Bismillahirrohmaanirrohiim
“ Asyhadu allaa ilaaha illallooh wa asyhadu anna muhammadar rosuululloh. ”
Segala
puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan anugerah-nya
kepada kita semua, sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan
kepada junjungan kita, hamba-Nya yang terkasih Rosuululloh Muhammad SAW,
keluarga dan sahabatnya serta semua pengikut beliau hingga akhir zaman,
amin.
Barang siapa mencintai Nabi Rosul Allah beserta Wali –
Nya, berarti ia juga termasuk dalam mahabah kehadirot Allah SWT. Dengan
kondisi yang seperti itu makanya kami ingin sedikit mengingat sejarah
para Wali Allah di Tanah Jawa yang mengembangkan Agama Islam sebagai
rohmatan lil ‘alamin.
Telah menjadi sunatullah pada masa zaman
Majapahit bergulirlah suatu perjalanan permasalahan aqidah dari Hindu –
Budha menjadi Islam yang di awali dengan berdirinya Kerajaan Demak
Bintoro yang dirajai oleh beliau Raden Patah. Berdirinya Kerajaan Islam
di Demak Bintoro Insya Allah pada tahun 1403, yang di sponsori oleh
Majelis Wali Songo yang mansyur dengan metode dakwahnya dan kearifan
juga keramatnya. Dengan partisipasinya wali songo ini, Allah telah
menentukan kehendaknya Kerajaan Islam Demak Bintoro menjadi Kerajaan
Besar dan berpengaruh di bumi tanah jawa dan sekitarnya. Dari awal ini
kami ingin mengutarakan mahabah kami terhadap wali Allah yang bernama Ki
Cokrojoyo yang akhirnya terkenal dengan Sunan Geseng. Pada zaman wali
songo terkenallah seorang wali dari jawa yang bernama Raden Said yang
terkenal dengan Sunan Kalijogo.
Pada saat
itu Sunan Kalijogo syiar agama Islam di suatu daerah, beliau bertemu
dengan seorang hamba Allah yang bernama Ki Cokrojoyo, istrinya bernama
Rubiyah dan memiliki seorang putra bernama Joko Bedug, pekerjaan Ki
Cokrojoyo menyadap gula kelapa, walau hanya dengan kehidupan yang
sederhana keluarganya tentram dan bahagia, karena Ki Cokrojoyo dan
keluarganya “ nrimo ing pandum ” dengan ketentramannya itu Ki Cokrojoyo
senang bersenandung ( uro-uro ), dalam perjalanan syiarnya Kanjeng Sunan
Kalijogo bertemu dengan Ki Cokrojoyo, yang akhirnya diajarkan Kalimat
Dzikir yang dilantunkan dengan pujian.
Hari – hari Ki Cokrojoyo
selalu pujian dengan kalimat yang diajarkan oleh Wali Allah Sunan
Kalijogo, dan suatu saat keajaiban terjadi dengan amalan itu saat Ki
Cokrojoyo mengambil hasil panennya yang dibuat gula kelapa tiba-tiba
berobahlah gula kelapa itu menjadi emas, namun Ki Cokrojoyo tidak
menjadi bangga malah beliau langsung bersiku dan berpamitan pada istri
dan anaknya untuk mencari Kanjeng Sunan Kalijogo.
Setelah ketemu
Kanjeng Sunan Kalijogo menerima Ki Cokrojoyo di terima sebagai murid dan
disuruhnya bertapa, yang insya allah dilakukan satu tahun. Setelah satu
tahun Kanjeng Sunan Kalijogo teringat akan kondisi muridnya yang
bertapa lalu dicarinya dalam pencarian tempat yang digunakan bertapa
telah menjadi hutan alang-alang yang akhirnya dibakar oleh Kanjeng Sunan
Kalijogo, setelah habis alang-alangnya barulah tampak Ki Cokrojoyo
masih dalam kondisi bertapa dan gosong, karena terbakarnya dengan
ilalang dan pada saat itu dibangunkannya Ki Cokrojoyo dengan ucapan
salam Kanjeng Sunan Kalijogo yang akhirnya terbangun dan langsung
sungkem ( sujud ) terhadap Gurunya, setelah itu Kanjeng Sunan Kalijogo
memerintahkan untuk mandi dan menyuruh pulang menemui keluarganya,
setelah ketemu keluarga diceritakannya segala kejadian pada istrinya dan
anaknya. Istri dan anak ikut bersyukur kehadirat Allah atas
diselamatkannya Ki Cokrojoyo atas bimbingan Kanjeng Sunan Kalijogo.
Dari
perjalanan itu diangkatlah derajat Ki Cokrojoyo di hadapan Allah
menjadi Wali Allah, maka Ki Cokrojoyo di beri nama oleh Kanjeng Sunan
Kalijogo menjadi Sunan Geseng untuk mengingat laku dan ketawadukannya
terhadap Guru sehingga bisa mencapai derajat mulia. Dan setelah itu di
tugaskannya Sunan Geseng oleh Sunan Kalijogo untuk syiar Islam,
khususnya mengajak masyarakat untuk bertauqid membaca dua kalimat
syahadat yang terkenal ajakan Sunan Geseng yaitu masalah ( sasahidan )
membaca dua kalimah syahadat dan menjalankan ajaran Rosul Muhammad SAW.
Selain
Sunan Geseng ada murid-murid Sunan Kalijogo yang terkenal lagi yaitu
Sunan Bayat (Klaten), Syekh Jangkung (Pati) dan Ki Ageng Selo (Demak).
Dari riwayat itulah maka kami jama’ah Dzikrurrohmah sedikit mengingat
sejarah beliau karena beliau termasuk Wali Allah yang juga berjasa dalam
pengembangan Islam di Tanah Jawa.
METODE DAKWAH ” SUNAN GESENG ”
Sunan
Geseng berdakwah dengan sangat santun dan arief, yaitu melakukan
pendekatan budaya dengan masyarakat jawa. Seperti yang di lakukan
Gurunya Kanjeng Sunan Kalijogo, Berda’wah dengan menggunakan wayang
kulit, melakukan selamatan yang tujuannya untuk bersedekah dan muji
syukur kehadirat Allah, serta memuliakan tamu-tamu santri, umat,
masyarakat, pejabat yang diajak berdzikir dan puji-pujian. Dengan cara
itulah masyarakat jawa yang tadinya hindu, budha diajak menyeberang ke
Islam.
Begitulah bijaknya Sunan Geseng Wali Allah tidak mematikan
budaya-budaya yang baik dan luhur. Yang dilakukan dengan tidak
melanggar aqidah dan syariat, tapi sangat ampuh untuk menyatukan, umat
masyarakat. Dengan kondisi seperti itu, maka jama’ah Dzikrurrohmah Sunan
Geseng di Kediri, melajutkan cara yang bijak tersebut dengan mengadakan
kegiatan pada Bulan Muharom ( suro ), melakukan barokahan amaliyah
Dzikrurrohmah dan membaca Sholawat Nabi 1000 kali, secara berjama’ah
selama 40 malam yang dilakukan di Aula Sunan Geseng, Kediri. Setelah
mencapai hari ke – 40 diadakan khataman dengan bersedekah 40 tumpeng
komplit yang pada acara itu untuk memuliakan para tamu, santri, dan
kalangan pejabat, ulama, kyai dan masyarakat luas dengan makan bersama,
yang juga dihibur dengan musik jemblung dengan lantunan puji-pujian
sholawat Nabi, serta diadakan pengajian, untuk menambah khasanah tentang
agama Islam, sebagai agama Rohmatan Lil’alamin.
Kondisi yang
dijalankan jama’ah Dzikrurrohmah seperti itu, bertujuan memperkuat
ukhuwah, menyambung silaturohmi mengajak bersedekah. Dan berdzikir
bersama sesuai anjuran Kanjeng Rosul Muhammad SAW. Dan masih ada
kegiatan ibadah yang dilakukan jama’ah yaitu amaliyah di Bulan Maulud
dan Bulan Romadhon, serta Haul Kanjeng Sunan Geseng. Alhamdulillah telah
mendapat dukungan dari umat masyarakat, kyai dan para pejabat
Pemerintah Kota Kediri.
Semoga dari sedikit penjelasan ini kita
bisa melanjutkan perjuangan beliau Sunan Geseng dan Wali-Wali Allah
semua sebagai generasi penerus Nabi Rosul Muhammad SAW. Kami kira hanya
ini yang sanggup kami aturkan sekelumit sejarah dari Wali Allah Sunan
Geseng, kami yang banyak kurang dan khilaf mohon maaf, astaghfirullohal’
adzim dan sebagai seorang hamba kami hanya bisa bertawaduk atas
perintah Allah – Nabinya dan Wali-nya yang telah mendapat kemuliaan di
sisi – Nya. Semoga menjadi manfaat, amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar